Apakah masih ingat? Apa saja yang telah terjadi hari kemaren? Apakah terasa suram? Apa dunia terasa tidak ramah pada dirimu? Semua membuat aura kelam di sekitar mereka, membuat kita merasa tak diterima oleh mereka.
Masalah ini sering dirasakan oleh sebagian orang yang bekerja sebagai karyawan sebuah perusahaan. Yang mana masalah ini juga biasanya, bisa menjadi penyebab para karyawan mengundurkan diri karena suasana kerja terasa sangat tak kondusif, aura persaingan terasa begitu tebal menyelimuti kantor, dan menurun kan etos kerja perusahaan. Dimana karyawan mengundurkan diri dalam tenggat waktu singkat ini bukan lah masalah baru. Mari kita bahas.
Masalah ini juga menjadi permasalahan para pemimpin perusahaan, karena macetnya proses produksi yang di sebabkan ketidak betahan karyawan, pada lingkuangan kerja. Tapi tentu saja tidak hanya itu saja alasan yang menyebabkan kebanyakan karyawan lainnya berhenti. Ada juga karena alas an telah menemukan passion dan purpose hidup mereka, ada juga karena bosan dan ingin melakukan hal baru dan banyak alasan lain nya.
Masalah suasana kerja sebenarnya tidak lah sulit untuk di selesai kan bila tahu masalah intinya.
Yang menjadi masalah inti, yang biasa terjadi adalah ada nya kesenjangan antar antar posisi karyawan atau senioritas. Biala pemimpim perusahaan, menyadari hal ini, mereka pasti dapat menyelesaikan permasalahan ini dan meningkat kan pendapattan perusahaan nya.
Cara yang paling ampuh adalah dengan memecahkan kebiasaan rutinitas yang terjadi di kantor. Sangat penting untuk mengubah pola kebiasaan yang sering terjadi di kantor misalkan yang paling simple dan sangat di remehkan keberadaan nya adalah senyuman. Kebiasaan tersenyum sangat jarang menjadi perhatian.
Misalkan seorang pemimpin sebuah perusahaan, menginginkan dia agar di segani dan di hormati, lalu dia menggunakan cara dengan memasang wajah datar yang begitu maskulin dimana seolah ia tak ingin di sapa oleh para karyawan. Hal ini saja telah menciptakn sebuah kebiasaan membangun tembok antara karyawan dengan pemimpin nya. Hal ini lah yang menular pada para eksekutif dan senior yang ada di perusahaan, yang mana menyebabkan berubahnya suasana kerja menjadi tak kondusif, yang mana kita bahas diawal membuat para karyawan banyak yang mengundurkan diri.
Bagaimana bila kebiasaan tersenyum ini di terap kan? Apakah berdampak?
Di dalam tulisan yang diterbitkan nicholas Christakis seorang dokter dan sosiolog di Harvard bersama dengan james fowler, seorang ilmjuwan politik di university of California, di british medical journal pada tahun 2008 yang berjudul “penyebaran kebahagian yang dinamis di jaringan social yang besar” mereka tahu bahwa kebahagian yang berpengaruh pada sekitar di sebut sebagai penularan emosi, penularan emosi bisa dilakukan dengan membagikan sebuah senyuman hangat yang cemerlang pada orang-orang yang ada disekitar nya.
Bila seseorang diberikan sebuah pertanyaan, yang manakah yang lebih mereka senangi, memiliki seorang sahabat yang hobi tersenyum atausese orang yang terus bermuka datar dan juga cemberut? Pasti seratus persen dari kalian para pembaca pasti menjawab pilihan yang pertama.
Bagaimana senyuman bisa menghilang kan kesenjangan dalam perusaahaan? Yaitu dengan penularan aura positif melalui sebuah senyuman. Senyuman yang bisa meroboh kan diding tembok yang telah menghalangi antar karyawan dan para eksekutif dan juga pimpin. Yang berujung pada menurunnya angka pengunduran dini yang tadinya menjadi masalah. tersenyumlah
Hal ini juga bisa di terapkan dalam bermasyarakat. Da semua hal yang berhubungan dengan dunia social.
Ada sebuah pepatah “dengan tersenyum tidaklah sulit mendapatkan 100 teman tapi bila bermuka masam terlihat mustahil mendapat 1 teman”
Semoga tulisan ku bisa bermanfaat untuk para sahabat pembaca. Bila merasa tulisan ini bermanfaat silahkan share, dan sebar kebaikan, karena “giving is the new taking”
terimakasih
0 Komentar